Segenap Anggota Cakra Group Dance mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1937 (tahun Masehi 2015), Semoga kedamaian dan keseimbangan hidup menyertai kita semua. Astungkara
Culture & Modern Performance
Kelompok Belajar Tari Tradisional Bali dan Tari Modern , Alamat : Jl. Raya Batubulan, Gang SD Negeri 7 Batubulan No.5, Telp : 087860053054, 085103118538, email : cakragroupdance@yahoo.com
Minggu, 22 Februari 2015
Kamis, 12 Februari 2015
Deskripsi Tari Baris Tunggal
Budaya menari telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Bali. Tari tidak hanya berfungsi sebagai hiburan,
tetapi menjadi pelengkap dalam berbagai ritual keagamaan dan bahkan ada
yang diposisikan sebagai ritual itu sendiri. Di antara tari-tarian yang
ada dalam kehidupan masyarakat Bali, ada salah satu jenis tari yang
identik sebagai tari kaum lelaki, yaitu tari baris. Tari ini biasanya
menjadi tari pertama yang diajarkan kepada setiap anak laki-laki di Bali
sebelum mereka beranjak dewasa.
Menurut catatan sejarah, tari baris diperkirakan telah ada pada pertengahan abad ke-16. Dugaan ini didasarkan pada informasi yang terdapat pada Kidung Sunda, diperkirakan berasal dari tahun 1550 Masehi. Pada naskah tersebut, terdapat keterangan mengenai adanya tujuh jenis tari baris yang dibawakan dalam upacara kremasi di Jawa Timur.
Selain itu, terdapat juga keterangan bahwa pada awal kemunculannya, tari baris merupakan bagian dari ritual keagamaan di kala itu. Jenis tari baris yang berkaitan dengan ritual keagamaan disebut tari baris upacara atau tari baris gede. Tari baris jenis ini dibawakan secara kelompok oleh delapan sampai 40 orang, dengan berbagai pernak-perik pelengkap berupa senjata tradisional yang bervariasi tergantung asal daerah dari setiap tarian.
Dalam perkembangannya, sekitar abad 19, muncul varian baru dari tari baris, yaitu tari baris tunggal. Tari baris tunggal merupakan tari non-sakral yang dipentaskan sebagai hiburan rakyat. Tari baris tunggal dibawakan oleh 1-2 orang penari dan dicirikan dari gerakan para penari yang lebih energik dan busana yang lebih berwarna.
Secara visual, tari baris dapat dicirikan dari busana yang digunakan penarinya. Para penari, yang semuanya pria, menggunakan mahkota berbentuk segi tiga dihiasi kulit kerang yang berjajar vertikal di bagian atasnya. Selain itu, tubuh penari dibungkus kostum berwarna-warni yang terlihat longgar, menjuntai ke bawah, dan bertumpu pada bagian pundak. Kostum atau busana ini akan mengembang saat penari melakukan gerakan memutar dengan satu kaki, memberikan efek dramatis dalam koreografi yang dibawakan.
Gerak-gerak dalam tari baris menceritakan ketangguhan para prajurit Bali di masa lalu. Kedua pundak penari diangkat hingga hampir setinggi telinga. Kedua lengan yang nyaris selalu pada posisi horizontal dengan gerak yang tegas. Gerak khas lainnya yang ada pada tari baris adalah selendet atau gerak delik mata penari yang senantiasa berubah-ubah. Gerak ini menggambarkan sifat para prajurit yang senantiasa awas terhadap situasi di sekitarnya. [Ardee/IndonesiaKaya]
Model Foto : IB. Cakra (Kelas 1 SDN 7 Batubulan)
Menurut catatan sejarah, tari baris diperkirakan telah ada pada pertengahan abad ke-16. Dugaan ini didasarkan pada informasi yang terdapat pada Kidung Sunda, diperkirakan berasal dari tahun 1550 Masehi. Pada naskah tersebut, terdapat keterangan mengenai adanya tujuh jenis tari baris yang dibawakan dalam upacara kremasi di Jawa Timur.
Selain itu, terdapat juga keterangan bahwa pada awal kemunculannya, tari baris merupakan bagian dari ritual keagamaan di kala itu. Jenis tari baris yang berkaitan dengan ritual keagamaan disebut tari baris upacara atau tari baris gede. Tari baris jenis ini dibawakan secara kelompok oleh delapan sampai 40 orang, dengan berbagai pernak-perik pelengkap berupa senjata tradisional yang bervariasi tergantung asal daerah dari setiap tarian.
Dalam perkembangannya, sekitar abad 19, muncul varian baru dari tari baris, yaitu tari baris tunggal. Tari baris tunggal merupakan tari non-sakral yang dipentaskan sebagai hiburan rakyat. Tari baris tunggal dibawakan oleh 1-2 orang penari dan dicirikan dari gerakan para penari yang lebih energik dan busana yang lebih berwarna.
Secara visual, tari baris dapat dicirikan dari busana yang digunakan penarinya. Para penari, yang semuanya pria, menggunakan mahkota berbentuk segi tiga dihiasi kulit kerang yang berjajar vertikal di bagian atasnya. Selain itu, tubuh penari dibungkus kostum berwarna-warni yang terlihat longgar, menjuntai ke bawah, dan bertumpu pada bagian pundak. Kostum atau busana ini akan mengembang saat penari melakukan gerakan memutar dengan satu kaki, memberikan efek dramatis dalam koreografi yang dibawakan.
Gerak-gerak dalam tari baris menceritakan ketangguhan para prajurit Bali di masa lalu. Kedua pundak penari diangkat hingga hampir setinggi telinga. Kedua lengan yang nyaris selalu pada posisi horizontal dengan gerak yang tegas. Gerak khas lainnya yang ada pada tari baris adalah selendet atau gerak delik mata penari yang senantiasa berubah-ubah. Gerak ini menggambarkan sifat para prajurit yang senantiasa awas terhadap situasi di sekitarnya. [Ardee/IndonesiaKaya]
Model Foto : IB. Cakra (Kelas 1 SDN 7 Batubulan)
Jumat, 30 Januari 2015
TARI KAMARUPA (Tari Kreasi Baru)
Tari Kamarupa diciptakan oleh Ni Made Arianti, S.Sn, sebagai tugas akhir di ISI Denpasar. Tari ini menceritakan tentang Kisah I Gede Basur . foto di atas diambil pada saat acara ngayah di Pura Dalem Griya Sukawati.
video tari ini bisa dilihat di : https://www.youtube.com/watch?v=I6B_AoqdUT0
Tari Topeng Tua Monyer Manis (Tari Tradisional Bali)
Tari Topeng Tua Monyer manis merupakan pengembangan dari pakem tari Topeng Tua Konvensional yang dipadukan dengan ragam gerak yang lebih halus sehingga lebih menarik. Tari ini dilengkapi dengan kipas
DESKRIPSI TARI LEGONG KERATON (TARI TRADISIONAL BALI)
Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali
yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat
dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan.
"Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat
(terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang
dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua.[1] Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.[2]
Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Legong
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua.[1] Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.[2]
Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Legong
DESKRIPSI TARI GOPALA (TARI TRADISIONAL BALI)
Tari Gopala merupakan tarian yang
bertemakan kerakyatan yang ditarikan sekelompok anak-anak atau remaja Putra,
dimana tarian ini digarap oleh I Nyoman Suarsa sebagai penata tari dan I Ketut
Gede Asnawa,MA sebagai penata tabuh, diambil dari penggalan cerita pragmentari
: “STRI ASADHU” Karya Ibu Ketut Arini,S.St. Tarian ini diciptakan pada tahun
1983. Gopala adalah sebuah istilah dalam bahasa Kawi yang berarti penggembala
sapi. Tarian ini merupakan tari kelompok, dan biasanya ditarikan oleh 4 sampai
8 orang penari putra. Dalam tarian Gopala ini menceritakan aktivitas yang dilakukan oleh
para pengembala di ladang pertanian/sawah. Semua aktivitas tadi dituangkan
kedalam bentuk garapan tari misalnya: gerakan binatang sapi, memotong rumput,
menghalau burung, membajak sawah, menuai padi dan gerak lain-lainnya yang
berhubungan dengan aktivitas petani. Gerak tersebut di atas di olah menjadi
pola garap yang berbau baru dengan nuansa estetika kekinian. Gerakan tari ini
menjadi hidup apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan semangat.
sumber : http://worldculturepro.blogspot.com/2012/03/tari-bali-tradisional.html
sumber : http://worldculturepro.blogspot.com/2012/03/tari-bali-tradisional.html
Kamis, 29 Januari 2015
Langganan:
Postingan (Atom)